Profil Desa Pengarengan
Ketahui informasi secara rinci Desa Pengarengan mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.
Tentang Kami
Profil Desa Pengarengan, Kalibawang, Wonosobo. Kenali potensinya sebagai salah satu surga durian lokal, petai, dan jengkol, serta denyut kehidupan masyarakat agraris dalam ekosistem kebun campuran yang subur.
-
Sentra Durian dan Buah Unggulan
Desa Pengarengan merupakan salah satu desa penghasil utama durian lokal berkualitas di Kecamatan Kalibawang, serta komoditas bernilai tinggi lainnya seperti petai dan jengkol.
-
Ekonomi Berbasis Musim Panen Raya
Perekonomian dan ritme kehidupan sosial desa ini sangat dipengaruhi oleh siklus musiman, terutama saat musim panen durian (musim duren), yang mengubah desa menjadi pusat perdagangan yang ramai.
-
Model Agroforestri Kebun Campuran
Sistem pertanian desa ini bertumpu pada model agroforestri (kebun campuran) yang lestari, di mana pohon-pohon durian tumbuh berdampingan dengan aneka tanaman produktif lainnya, menciptakan ekosistem yang kaya dan tangguh.
Jauh dari hawa dingin dan lanskap sayuran Dataran Tinggi Dieng, di sudut tenggara Kabupaten Wonosobo yang hangat dan subur, terdapat sebuah desa yang ritme hidupnya ditentukan oleh jatuhnya buah berduri dengan aroma yang khas dan rasa yang melegenda. Desa Pengarengan, yang terletak di Kecamatan Kalibawang, adalah representasi dari wajah lain Wonosobo yang kaya akan hasil bumi. Ini adalah surga tersembunyi bagi para pencinta durian, sebuah lumbung di mana "Raja Buah" tumbuh subur di antara kebun-kebun campuran yang rimbun, menjadi urat nadi ekonomi dan kebanggaan komunal warganya.
Jejak Sejarah di Tanah "Pengarengan"
Nama "Pengarengan" dipercaya memiliki kaitan erat dengan sejarah pemanfaatan sumber daya alam di masa lalu. Salah satu teori kuat menyebutkan bahwa nama ini berasal dari kata "Areng" yang berarti arang kayu. "Peng-areng-an" dengan demikian dapat diartikan sebagai "tempat pembuatan arang". Hal ini mengindikasikan bahwa pada masa lampau, sebelum menjadi desa agraris yang mapan, wilayah ini kemungkinan besar merupakan kawasan hutan lebat yang kayunya dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan arang, sebuah komoditas penting pada zamannya.Evolusi dari "tempat pembuatan arang" menjadi "surga durian" adalah sebuah narasi tentang perubahan dan adaptasi. Masyarakat secara bertahap beralih dari sekadar mengekstraksi hasil hutan menjadi membudidayakannya, menanam pohon-pohon buah yang memiliki nilai ekonomi jangka panjang. Jejak sejarah ini meninggalkan warisan berupa pemahaman yang mendalam tentang ekologi hutan dan tanah, yang menjadi dasar bagi pengembangan sistem agroforestri (kebun campuran) yang mereka terapkan hingga hari ini.
Geografi dan Demografi: Kesuburan di Cekungan Bogowonto
Desa Pengarengan terletak di wilayah perbukitan rendah yang menjadi bagian dari Daerah Aliran Sungai (DAS) Bogowonto. Posisinya berada pada ketinggian rata-rata 200 hingga 400 meter di atas permukaan laut. Iklimnya yang cenderung panas dengan curah hujan yang tinggi, serta tanahnya yang subur berkat endapan vulkanik dan aluvial, menciptakan terroir atau lingkungan tumbuh yang sangat ideal untuk berbagai jenis tanaman buah tropis, terutama durian.Secara administratif, Desa Pengarengan memiliki luas wilayah sekitar 425 hektare. Batas-batas wilayahnya meliputi:
Berbatasan dengan Desa Selomanik
Berbatasan dengan wilayah Kabupaten Magelang
Berbatasan dengan Desa Kalikuning
Berbatasan dengan Desa Depok
Berdasarkan data kependudukan per September 2025, jumlah penduduk Desa Pengarengan diperkirakan sekitar 4.900 jiwa, dengan tingkat kepadatan penduduk sekitar 1.152 jiwa per kilometer persegi. Hampir seluruh kepala keluarga di desa ini memiliki atau menggarap lahan kebun, menjadikan pertanian sebagai profesi dan identitas yang mendarah daging.
Raja Buah sebagai Urat Nadi Ekonomi
Pilar utama yang menjadi motor penggerak ekonomi Desa Pengarengan adalah budidaya durian. Desa ini merupakan salah satu sentra durian lokal Wonosobo yang reputasinya terus menanjak. Berbeda dengan durian impor atau varietas unggul nasional, durian lokal Pengarengan memiliki cita rasa yang otentik dan beragam, menjadi buruan para penikmat durian sejati.Perekonomian desa ini berputar dalam siklus musiman yang sangat terasa:
Masa Penantian (Luar Musim): Selama berbulan-bulan, warga merawat pohon-pohon durian mereka yang menjulang tinggi, melakukan pemupukan dan pembersihan. Aktivitas ekonomi berjalan normal dengan mengandalkan hasil dari tanaman lain.
Musim Panen Raya (Musim Duren): Ketika musim panen tiba (biasanya di akhir tahun hingga awal tahun), suasana desa berubah total. Desa menjadi sangat ramai dan dinamis. Para petani akan berjaga di kebun mereka, bahkan hingga malam hari, menunggu durian matang jatuh dari pohonnya. Di sepanjang jalan desa, lapak-lapak durian dadakan bermunculan, menawarkan buah segar langsung dari kebun. Para pedagang perantara (pengepul) dari berbagai kota akan datang, menciptakan perputaran uang yang sangat cepat dan signifikan. Masa ini adalah puncak kemakmuran tahunan bagi masyarakat desa.
Ekosistem Kebun Campuran: Lebih dari Sekadar Durian
Kearifan petani Desa Pengarengan terlihat dari cara mereka mengelola lahan. Mereka tidak menerapkan sistem monokultur yang rentan. Sebaliknya, mereka mengembangkan model agroforestri atau kebun campuran yang kaya akan keanekaragaman hayati. Pohon durian menjadi tanaman primadona, namun ia tumbuh berdampingan dengan tanaman-tanaman bernilai ekonomi tinggi lainnya, seperti:
Petai dan Jengkol: Dua komoditas ini menjadi sumber pendapatan penting kedua setelah durian. Pohonnya yang tinggi dan rimbun tumbuh selaras di antara pohon durian.
Buah-buahan Lain: Pohon manggis, rambutan, duku dan alpukat juga banyak ditanam sebagai diversifikasi produk dan pendapatan.
Tanaman Kayu: Pohon albasia dan jati sering kali ditanam di batas-batas kebun sebagai bentuk investasi jangka panjang.
Sistem kebun campuran ini tidak hanya memberikan ketahanan ekonomi (jika satu komoditas gagal panen, masih ada yang lain), tetapi juga menjaga kesehatan ekosistem, menyediakan habitat bagi berbagai satwa, dan lebih efektif dalam mencegah erosi.
Dinamika Sosial Komunitas Petani Buah
Kehidupan sosial di Desa Pengarengan sangat dipengaruhi oleh ritme pertanian kebun. Pengetahuan tentang cara merawat durian, memilih bibit unggul, hingga menentukan tingkat kematangan buah diwariskan secara lisan dari orang tua ke anak. Solidaritas antarwarga sangat tinggi, terutama saat musim panen. Saling berbagi informasi tentang harga jual atau membantu mengangkut hasil panen dari kebun adalah hal yang biasa.Musim panen durian juga menjadi momen perayaan komunal. Kemakmuran yang datang bersama panen raya sering kali diwujudkan dalam bentuk hajatan, syukuran, atau sekadar meningkatnya aktivitas sosial di antara warga. Bagi mereka, panen durian bukan hanya peristiwa ekonomi, tetapi juga peristiwa budaya yang meneguhkan ikatan sosial.
Tantangan dan Potensi Agrowisata Durian
Di balik manisnya buah durian, para petani di Pengarengan menghadapi sejumlah tantangan.
Siklus Ekonomi Musiman: Ketergantungan pada musim panen membuat pendapatan tidak stabil sepanjang tahun. Diperlukan pengelolaan keuangan yang baik untuk bisa bertahan di luar musim.
Ancaman Hama dan Penyakit: Tanaman durian rentan terhadap berbagai hama seperti penggerek batang dan penyakit jamur yang dapat menyebabkan gagal panen.
Inovasi Pascapanen: Sebagian besar durian dijual dalam bentuk buah segar. Potensi pengolahan durian menjadi produk bernilai tambah seperti dodol, lempok, atau es krim durian belum tergarap secara maksimal.
Namun potensi terbesar Desa Pengarengan di masa depan terletak pada agrowisata durian. Konsep wisata "makan durian sepuasnya di kebun" memiliki daya tarik yang sangat kuat. Desa ini dapat mengembangkan paket-paket wisata di mana pengunjung dapat berjalan-jalan di kebun campuran yang rindang, belajar tentang berbagai varietas durian lokal, dan menikmati buah yang jatuh langsung dari pohonnya. Dengan mengelola potensi ini secara profesional, Pengarengan tidak hanya akan menjual buah, tetapi juga menjual pengalaman otentik yang tak terlupakan.
